NON-STOP.ID | Jakarta – Situasi di Timur Tengah kian genting. Israel dalam tiga hari terakhir melancarkan serangan militer ke enam negara Arab sekaligus. Palestina, Lebanon, Suriah, Tunisia, Qatar, dan Yaman. Aksi agresif ini memicu kecaman keras dan membuka potensi eskalasi perang yang lebih luas.
Menurut laporan media internasional, serangan Israel dimulai sejak awal pekan. Jet tempur dan rudal Israel menggempur sejumlah target yang diklaim sebagai basis kelompok bersenjata. Namun, di banyak lokasi, serangan juga menghantam infrastruktur sipil dan menimbulkan korban warga.
- Palestina kembali menjadi episentrum konflik, dengan serangan di Jalur Gaza yang menghancurkan kawasan permukiman padat.
- Lebanon mendapat gempuran di perbatasan selatan, wilayah yang kerap dikaitkan dengan aktivitas Hizbullah.
- Suriah diserang di wilayah Homs dan Latakia, melanjutkan pola serangan udara Israel yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
- Tunisia, Qatar, dan Yaman masuk dalam daftar baru sasaran, menandakan eskalasi konflik melebar ke negara-negara yang sebelumnya jarang menjadi target langsung militer Israel.
Reaksi Dunia Arab
Kecaman keras bermunculan dari negara-negara Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Serangan ke Doha, Qatar, memicu pertemuan darurat negara-negara Arab dan Islam yang menilai tindakan Israel sebagai pelanggaran kedaulatan negara.
Tunisia juga menyebut serangan Israel sebagai “tindakan barbar” yang mengancam stabilitas kawasan. Sementara Lebanon dan Suriah menegaskan akan membawa kasus ini ke forum internasional, termasuk Dewan Keamanan PBB.
Organisasi HAM internasional memperingatkan bahwa serangan Israel berpotensi memperburuk krisis kemanusiaan. Ribuan warga sipil di Palestina, Suriah, dan Lebanon dilaporkan mengungsi akibat intensitas serangan, sementara akses terhadap bantuan medis dan logistik semakin terbatas.
Implikasi Geopolitik
Pengamat menilai serangan Israel ke enam negara Arab sekaligus menunjukkan eskalasi yang tidak biasa. Aksi ini berpotensi,
Memicu perang regional yang melibatkan lebih banyak negara Arab, menambah ketidakstabilan global, terutama terkait harga energi dan jalur perdagangan internasional, menekan diplomasi internasional agar segera dilakukan gencatan senjata sebelum konflik meluas lebih jauh.(nsid/dy)













